Jumat, 09 Oktober 2015

Inilah 15 Ciri-Ciri Pengikut Ajaran Firqah Wahabi yang Perlu Anda Ketahui

Syiah dan Wahabi adalah dua firqah dalam Islam yang selalu bermusuhan. Sepanjang sejarah, keduanya tidak pernah akur, bagaikan air dan minyak, tidak pernah bisa bersatu. Satu sama lainnya saling mengkafirkan, bahkan hingga kini kedua belah pihak saling bernafsu untuk memerangi dan membunuh pihak lainnya. Lihat saja “Konflik Berdarah” di Iraq, Syria, dan Yaman saat ini, yang telah menjadi “Tragedi Kemanusiaan” yang sangat memilukan dan menyayat hati umat Islam mana pun yang mencintai Wihdah Islamiyyah.


Pengikut Syiah memandang Wahabi lebih berbahaya daripada Yahudi maupun Nashrani dan bahkan melabelinya dengan sebutan “Wahabi Takfiri” karena suka mengkafirkan padahal tidak semua Wahabi demikian. Sementara bagi pengikut Wahabi justru kelompok Syiah lah yang lebih berbahaya daripada Yahudi dan Nashrani sehingga tidak segan-segan Wahabi mempropagandakan “Syiah Bukan Islam” padahal tidak semua Syiah demikian. Keduanya saling serang dan tuduh satu sama lain, sama-sama anti dialog dan anti toleransi antar madzhab Islam. Keduanya selalu menolak bahkan merusak semua upaya pemersatuan umat Islam sepanjang zaman. Tidak heran Sayyidil Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad rahimahullah dalam kitab “Tatsbiitul Fu-aad” juz 2 halaman 227 menyatakan keduanya bagaikan “Kotoran Unta yang dibelah dua.” (Lihat: Bahaya Propaganda Yel-Yel “Syiah Bukan Islam” dan “Wahabi Takfiri”).

Untuk itulah mengenal Syiah dan Wahabi adalah perkara penting agar tidak terjerumus dan ikut-ikutan firqah tersebut. Dalam kita mengenal Syiah itu jauh lebih mudah ketimbang mengenal Wahabi karena Syiah tidak mengaku-ngaku sebagai kelompok ahlussunnah wal jama’ah. Siapapun orangnya yang menghina Sahabat Nabi baik mengaku Syiah atau bukan maka ia termasuk golongan di luar ahlussunnah wal jama’ah. Lain halnya dengan Wahabi yang sering mengklaim dirinya sebagai kelompok ahlussunnah wal jama’ah sehingga seringkali sulit terdeteksi. Meski demikian, muslimin ahlussunnah masih dapat dengan mudah untuk mengenal mana Wahabi dan mana yang bukan Wahabi melalui 15 ciri-ciri yang akan disebutkan dibawah. Dan perlu diketahui biasanya pengikut Wahabi ini tidak hanya menganggap diri sebagai pengikut ahlussunnah wal jama’ah tetapi juga terkadang menyebut dirinya sendiri sebagai kelompok Muwahhidun, Penegak Tauhid, Pemurni Tauhid, Pemberantas TBC (Takhayul, Bid’ah dan Khurafat), Pengikut Salaf, Pengikut Manhaj Salaf, Salafi, dan lain sebagainya. (Lihat: Biografi Lengkap Pendiri Wahabi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab).

Mengingat pentingnya mengenal kelompok Wahabi maka di sini kami coba uraikan perkara-perkara atau ciri-ciri mengenai ajaran yang dianut Wahabi. Setidaknya ada 15 perkara atau ciri-ciri (atau bisa lebih) yang mana apabila terdapat pada diri seseorang maka tidak diragukan lagi sebagai pengikut Wahabi. Berikut ciri-cirinya:


  1. Bukan semua individu yang meninggalkan bacaan Qunut itu dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa saja yang menyerupakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan makhlukNya dan mensifatkanNya dengan anggota maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi. (Lihat: Kitab Tanbihat Fi Rad ‘Ala Man Tawwala al-Sifaat, Karangan Ibn Baz, terbitan Riasah ‘Ammah Lilifta’, Riyad, hlm 19).
  2. Bukan semua individu yang meninggalkan Shalat Sunnah Qabliyyah sebelum Jum’at itu dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa saja yang mengkafirkan al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah serta menghalalkan darah mereka itu maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi. (Lihat: Kitab Min Masyahir al-Mujaddidin Fi Islam, terbitan Riasah ‘Ammah Lilifta’, Riyadh, hlm 32. Kitab Fathul Majid karangan Abdul Rahman, terbitan Maktabah Darul Salam Riyadh, hlm 353. Kitab Manhaj Asya’irah fil Aqidah, karangan Dr Safar al-Hawali, hlm 5, 16 dan 29. Kitab Lal-Maturidiyyah Wamauqifuhum Minal Asma’ Wa Sifaat, karangan Syamsul Salafi al-Afghani, 10,11 dan 44. Kitab al-Tauhid, terbitan tahun 1423 H, hlm 66-67, dimana ulama Wahabi Soleh Fauzan al Wahhabi berkata: فهؤلاء المشركون هم سلف الجهمية والمعتزلة والأشاعرة “Maka golongan musyrik tersebut adalah salaf firqah al-Jahmiyyah, al-Muktazilah dan al-Asya’irah (Asy’ariyyah)”.
  3. Bukan semua individu yang tidak mengumandangkan adzan sebanyak 2 kali pada hari Jum’at itu dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa saja yang mengkafirkan umat Islam yang bertawassul dengan Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam dan menghalalkan darah serta harta mereka maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi. (Lihat: Kitab al-Tauhid karangan Shaleh Fauzan, hlm 70).
  4. Bukan semua individu yang meninggalkan majelis Tahlil (Tahlilan) kepada si mayyit itu dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa saja yang mensifati Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan duduk bersemayam, menetap, bergerak, dan berpindah-randah maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi. (Lihat: Kitab Fathul Majid, karangan Abdul Rahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab, cetakan Darul Salam, Riyadh, hlm 356. Kitab Fatawa Aqidah, karangan Ibn al-Utsaimin, hlm 742).
  5. Bukan semua individu yang mendakwa dan mendengungkan dia mengikut al-Quran dan as-Sunnah itu dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa saja yang mengkafirkan orang yang mengikut mazhab-mazhab yang muktabar (seperti madzhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Hanbali), menghalalkan darah mereka serta menganggap taqlid kepada imam-imam mazhab itu adalah syirik maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi. (Lihat: Kitab al-Din al-Khalish, karangan al-Qanuji, jilid 1 hlm 140 dikatakan: تقليد المذاهب من الشرك “Mengikut mazhab-mazhab yang muktabar adalah syirik”. Dengan ini, mereka telah mengkafirkan mayoritas umat Islam di seluruh dunia pada hari ini dan umat Islam sebelumya yang beramal dan bertaklid kepada mazhab-mazhab yang empat).
  6. Bukan semua individu yang membayar zakat Fitrah dengan mengeluarkan bahan makanan seperti beras itu Wahabi, tetapi siapa saja yang melarang atau mengharamkan perjalanan dengan tujuan untuk menziarahi maqam Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam itu maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi. (Lihat: Kitab Tahqiq Wal Idhoh Likathir Min Masail al-Haj Wa al-‘Umrah, hlm 88, 89, 90,dan 98).
  7. Bukan semua individu yang meninggalkan ucapan Sayyidina “سيدنا” ketika bersholawat kepada Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam itu dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa saja yang mengharamkan majelis Maulid Nabi dan mengkafirkan pelakunya maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi. (Llihat: Kitab al-Tauhid, karangan Shaleh bin Fauzan, Riyadh, hlm 166 dan 120. Kitab Tahzir Min al-Bid’ah, karangan Ibn Baz, hlm 3, 4, 5 dan 5).
  8. Bukan semua individu yang tidak mengamalkan membaca Quran Surah Yasin (Yasinan) pada malam Jum’at adalah Wahabi, tetapi siapa saja yang mengharamkan bacaan al-Quran kepada orang yang telah meninggal dunia maka tidak diragukan lagi dia adalah Wahabi. (Lihat: Kitab Taujihaat Islamiyyah, karangan Muhammad Zainu, Riyadh. Hlm 137).
  9. Bukan semua individu yang meninggalkan doa dan dzikir setelah shalat itu dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa saja yang mengharamkan amalan bertabarruk dengan Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam dan menuduh orang yang melakukannya dengan syirik serta menghalalkan darah mereka maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi. (Lihat: Kitab Islamiyyah La Wahhabiyyah, karangan Nashir bin ‘Abdul Kareem Al-‘Aqal, hlm 87. Kitab Tahzir al-Sajid Min Ittikhaz al-Qubur Masajid, hlm 68-69).
  10. Bukan semua individu yang tidak melafadzkan niat (seperti niat shalat Usholli, niat Puasa Ramadhan, dll) itu dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa saja yang meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala duduk atau bersemayam di atas ‘Arasy (langit) maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi. (Lihat: Kitab Majalah Haji, Edisi 9 jilid 11, 1415 Hijriyyah, Makkah 73-74).
  11. Bukan semua individu yang mengatakan bahwa pahala bacaan al-Quran (seperti hadiah Al-Fatihah) tidak sampai kepada si mayyit melainkan dengan cara berdoa itu dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa saja yang mengingkari kenabian Adam ‘Alaihis Salam maka tidak diragukan lagi ia dalah Wahabi. (Lihat: Kitab al-Iman bil Anbiya’ Jumlatan, karangan Abdullah bin Zaid, cerakan Maktabah Islami, Beirut. Kitab Syarah Thalathah al-Ushul, karangan Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Dar al-Thurauyya Linnasyr, hlm 149).
  12. Bukan semua individu yang melarang pembangunan di atas kuburan yang diwakafkan itu dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa saja yang mengkafirkan para Sufi dan menganggap pembunuhan terhadap golongan Sufi adalah suatu perkara yang wajib maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi. (Lihat: Kitab Majmu’ al-Mufid Min ‘Aqidah al-Tauhid, Maktabah Darul Fikr, Riyadh, hlm 102).
  13. Bukan semua individu yang mensifati Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan istiwa’ dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa saja yang mentafsirkan istiwa’ yang warid di dalam al-Quran dengan makna duduk bersemayam (الجلوس) maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi. (Lihat: Kitab Nazarot Wa Ta’aqubat ‘Ala Ma Fi Kitab Al-Salafiyyah, karangan Shaleh bin Fauzan, Cetakan Darul Watan Riyadh, hlm 40).
  14. Bukan semua individu yang tidak menyebut sifat 20 di dalam kitab-kitab mereka dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa saja yang mensifatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan anggota badan maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi. (Lihat: Kitab Tanbihaat Fi Rod ‘Ala Man Taawwala al-Sifat, karangan Bin Baz, hlm 19).
  15. Bukan semua individu yang tidak mengusap tangan ke muka setelah berdoa dikira sebagai Wahabi, tetapi siapa saja yang mengharamkan ucapan Shodaqollohul ‘Adzim (صدق الله العظيم) setelah selesai membaca al-Quran, maka tidak diragukan lagi ia adalah Wahabi. (Lihat: Kitab Majalah Buhuth Islamiyyah, terbitan Riyasah Buhuth Al-‘Alamiyyah wa al- Ifta’, Edisi 45 tahun 1416 H, Riyadh, hlm 94. Kitab Taujihaat al-Islamiyyah, karangan Muhammad Zainu, hlm 81. Kitab al-Bahthu wa al-Istiqra’ Fi Bida’ al Qurra’, karangan Dr Muhammad Musa Nasr).

Melalui 15 perkara atau ciri yang telah disebutkan di atas maka kita sebagai pengikut ahlussunnah wal jama’ah dapat dengan mudah membedakan dengan pasti hakikat sebenarnya sipakah Wahabi, mana yang termasuk golongan Wahabi dan mana yang bukan Wahabi. Mungkin masih banyak lagi perkara atau ciri-ciri yang menandakan seseorang itu Wahabi atau bukan, bisa saja lebih dari 15 perkara di atas. Yang jelas, kelima belas ciri-ciri tersebut bisa dijadikan pedoman bagi kita untuk mendeteksi secara dini “kewahabian” dalam diri sendiri atau orang lain agar tidak terjerumus lebih jauh ke dalam firqah tersebut karena kadang kala seseorang itu sudah terpengaruh faham Wahabi tetapi tidak disadari. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kita dan keluarga kita dari fitnah akhir zaman, fitnah Syiah, fitnah Wahabi, fitnah Yahudi Nasrani, dan fitnah Dajjal.

1 komentar:

  1. Masya Allah ,,,,
    kalau mau liat biografi orang tersebut di mana ya...?

    -Muhammad bin abdul wahhab
    -Abdul wahhab bin abd rahman
    -Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi

    BalasHapus